IDHAM.png

JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melaporkan kinerja keuangan yang solid pada kuartal pertama tahun 2025 dengan mencatat laba bersih sebesar Rp14,1 triliun. Angka tersebut tumbuh 9,8% secara tahunan (yoy) dan sejalan dengan ekspektasi konsensus, setara 24,1% dari proyeksi laba tahunan (FY25F). Namun, analis pasar mulai mencermati adanya peningkatan risiko dari sisi kualitas aset yang dapat menghambat profitabilitas bank dalam jangka pendek.Pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih yang KuatMenurut Handiman Soetoyo, Head of Proprietary Investment Mirae Asset Sekuritas, pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) BBCA pada kuartal ini mencapai 7,1% yoy. Ia menyebut bahwa angka ini kemungkinan merupakan yang tertinggi di antara empat bank besar Indonesia.“Pertumbuhan NII BBCA sangat impresif karena berhasil menekan pertumbuhan beban bunga melalui pengelolaan dana murah yang efisien, tercermin dari rasio CASA yang tinggi,” ujar Handiman dalam risetnya, dikutip Selasa, 29 April 2025.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/menimbang-kinerja-dan-prospek-goto-jelang-rilis-kinerja-kuartal-i-2025">Menimbang Kinerja dan Prospek GOTO Jelang Rilis Kinerja Kuartal I-2025</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/grup-pertamina-hingga-mrt-jakarta-harumkan-indonesia-di-panggung-k-3-dunia">Grup Pertamina hingga MRT Jakarta Harumkan Indonesia di Panggung K3 Dunia</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/dari-morowali-hingga-bekasi-rentetan-tragedi-kecelakaan-kerja-masih-terjadi">Dari Morowali hingga Bekasi: Rentetan Tragedi Kecelakaan Kerja Masih Terjadi</a></li></ul>Kredit Tumbuh Positif di Tengah Musim yang Biasanya LesuBBCA mencatatkan pertumbuhan kredit secara kuartalan (qoq) sebesar 2,1%, melanjutkan tren positif dari tahun lalu. Sementara secara tahunan (yoy), kredit tumbuh 12,6%. Seluruh segmen kredit mengalami peningkatan:<ul><li>Kredit korporasi: +3,3% qoq / +13,9% yoy</li><li>Komersial: +1,6% qoq / +9,9% yoy</li><li>UMKM: +0,6% qoq / +12,9% yoy</li><li>Konsumer: +0,9% qoq / +11,3% yoy</li></ul>“Biasanya di kuartal pertama kredit justru menyusut secara musiman, namun BBCA berhasil membalik tren tersebut tahun ini,” kata Handiman.Likuiditas Membaik di Tengah Pengetatan Sistem KeuanganLikuiditas bank juga menunjukkan perbaikan yang signifikan. Total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 5,3% secara qoq dan 6,5% yoy. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh dana murah (CASA), yang membuat rasio CASA naik dari 81,5% di kuartal IV-2024 menjadi 82,1% di kuartal I-2025.Rasio Loan to Deposit (LDR) pun menurun dari 78,4% menjadi 76,1%, mengindikasikan ruang likuiditas yang lebih longgar. “Ini menjadi kabar baik di tengah kondisi sistem perbankan yang sedang menghadapi pengetatan likuiditas,” ujar Handiman.Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/catat-efisiensi-tertinggi-bca-ungkap-strategi-jaga-likuiditas-di-tengah-ketidakpastian-suku-bunga">Catat Efisiensi Tertinggi, BCA Ungkap Strategi Jaga Likuiditas di Tengah Ketidakpastian Suku Bunga</a>Kualitas Aset Memburuk, NPL Naik Jadi 2,0%Meski kinerja secara umum tergolong baik, Handiman menyoroti adanya peningkatan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dari 1,8% di kuartal sebelumnya menjadi 2,0% pada kuartal ini.“Kami melihat pelemahan kualitas aset di seluruh segmen, terutama di segmen korporasi dan komersial,” jelasnya. Ia juga mencatat bahwa biaya pencadangan (provision expenses) meningkat 18,2% yoy dari Rp0,9 triliun menjadi Rp1,0 triliun.Rasio biaya kredit (Cost of Credit/CoC) tercatat 0,5%, yang sudah melebihi panduan tahunan BBCA di level 0,3%. Menurut Handiman, jika tekanan terhadap NPL terus berlanjut, sangat mungkin CoC pada akhir tahun akan melampaui target tersebut.“Yang mengkhawatirkan, rasio pencadangan terhadap NPL (NPL coverage) kini berada di 180,5% — terendah sejak masa sebelum pandemi,” tambahnya.Valuasi Menarik, Tapi Risiko Jangka Pendek Masih AdaSecara valuasi, saham BBCA saat ini diperdagangkan di level 3,8 kali price-to-book value (PBV) forward — atau 1,5 standar deviasi di bawah rata-rata lima tahun. Artinya, dari sisi harga saham, BBCA kini berada di area yang menarik untuk dilirik investor jangka panjang.Namun, Handiman menyarankan agar investor tetap waspada terhadap potensi tekanan dalam jangka pendek. “Meskipun valuasi tergolong menarik, kami melihat adanya risiko dari sisi kualitas aset yang bisa mengganggu profitabilitas BBCA dalam beberapa kuartal ke depan, apalagi di tengah outlook makro yang cenderung lemah,” pungkasnya.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/mengenal-konklaf-tradisi-pemilihan-pemimpin-baru-gereja-katolik">Mengenal Konklaf, Tradisi Pemilihan Pemimpin Baru Gereja Katolik</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/dari-harapan-besar-ke-ketidakpastian-drama-investasi-lges-di-proyek-titan">Dari Harapan Besar ke Ketidakpastian: Drama Investasi LG di Proyek Titan</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/mind-id-gaet-danantara-garap-proyek-hilirrisasi-senilai-rp-241-2-triliun">MIND ID Gaet Danantara Garap Proyek Hilirisasi Rp241,2 T</a></li></ul>Konsensus Tetap Optimistis, Rekomendasi "Buy"Meskipun Mirae Asset Sekuritas memberikan pandangan kehati-hatian jangka pendek, konsensus pasar secara umum masih menunjukkan optimisme terhadap BBCA. Rekomendasi mayoritas analis tetap “Buy” dengan target harga (target price/TP) di level Rp11.287 per saham.Dengan kinerja yang masih dalam jalur pertumbuhan namun dibayangi oleh potensi risiko kredit, investor disarankan untuk mempertimbangkan strategi investasi secara selektif dan mempertimbangkan perkembangan kualitas aset ke depan.

Menara BCA di Bundaran HI milik PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank swasta terbesar di Indonesia yang sahamnya digenggam oleh keluarga konglomerat Michael-Robert Hartono / Bca.co.id

Menara BCA.jpeg

Menara BCA di Bundaran HI milik PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melaporkan kinerja keuangan yang solid pada kuartal pertama tahun 2025 dengan mencatat laba bersih sebesar Rp14,1 triliun. Angka tersebut tumbuh 9,8% secara tahunan (yoy) dan sejalan dengan ekspektasi konsensus, setara 24,1% dari proyeksi laba tahunan (FY25F). Namun, analis pasar mulai mencermati adanya peningkatan risiko dari sisi kualitas aset yang dapat menghambat profitabilitas bank dalam jangka pendek.

Harga Emas Hari Ini

Analis Soroti Kualitas Aset BBCA yang Melemah, Simak Rekomendasi Sahamnya