JAKARTA – Penerapan Environment, Social, Governance (ESG) di masa sekarang menjadi tantangan bagi semua pihak. Baik bagi perusahaan yang perlahan-lahan beralih mengutamakan <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/esg">ESG </a>dan yang baru memulai menerapkannya.&nbsp;Sektor industri lain seperti pertambangan, manufaktur, energi hingga otomotif dan komponen lainnya, mulai memikirkan dampak yang mereka lakukan untuk lingkungan dan jangka panjang.&nbsp;Tak terkecuali dengan industri media hiburan yang sekarang bergeser ke arah media sosial. Dari yang awalnya radio kemudian TV lalu masuklah internet yang sampai sekarang menjadi pusat informasi.&nbsp;Menurut Wicaksono atau yang akrab disapa Ndoro Kakung, seorang veteran jurnalis dan juga konsultan komunikasi independen, mengatakan bahwa membuat konten positif dan juga edukatif di era digital seperti sekarang adalah sebuah keharusan.&nbsp;“Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi bagaikan dua mata pisau. Teknologi komunikasi digital membuat konten positif dan negatif menyebar semakin cepat dan masif. Media merupakan salah satu pihak yang menyebarkan, baik konten positif dan negatif,” ujar Ndoro seperti dalam keterangan tertulis yang diterima oleh TrenAsia pada Rabu, 31 Agustus 2022.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/grup-bakrie-bumi-resources-minerals-brms-temukan-tambahan-emas-dari-proyek-palu">Grup Bakrie, Bumi Resources Minerals (BRMS) Temukan Tambahan Emas dari Proyek Palu</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/melihat-cara-kerja-flightradar-24-situs-web-pelacak-pesawat-di-langit">Melihat Cara Kerja Flightradar24, Situs Web Pelacak Pesawat di Langit</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/appsi-jika-harga-bbm-naik-bapok-bakal-ikut-melejit-hingga-30-persen">APPSI: Jika Harga BBM Naik, Bapok Bakal Ikut Melejit hingga 30 Persen</a></li></ul>Ia menambahkan bahwa sekarang ini sudah banyak sekali konten negatif yang beredar di media sosial dan masih terus dikonsumsi. Seperti hoaks, misinformasi, disinformasi, radikalisme, intoleransi, seksisme hingga rasisme.&nbsp;Bila berbagai peristiwa terjadi karena benturan yang ada di media sosial, imbasnya akan ada pula di kehidupan nyata. Karena konten negatif berbahaya bagi masyarakat awam, karena belum tentu berisi fakta dan juga data yang valid.&nbsp;Ia menambahkan bahwa tidak jarang juga konten negatif memecah belah opini publik, hingga menciptkan intolerasi di masyarakat.&nbsp;“Tidak jarang konten negatif memecah belah opini publik, menyulut emosi, menguatkan radikalisme dan intoleransi,” kata Ndoro<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/deretan-konser-hingga-akhir-2022-berikut-tips-nonton-konser-meskipun-sendirian">Deretan Konser Hingga Akhir 2022, Berikut Tips Nonton Konser meskipun Sendirian</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/otobursa-tumplek-blek-2022-gairahkan-kembali-industri-umkm-dan-pelaku-otomotif-usai-pandemi">Otobursa Tumplek Blek 2022, Gairahkan Kembali Industri,UMKM Dan Pelaku Otomotif Usai Pandemi</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/inilah-4-alasan-mengapa-bahagia-itu-baik-untuk-kesehatan-fisik">Inilah 4 Alasan Mengapa Bahagia Itu Baik untuk Kesehatan Fisik</a></li></ul>Jika dilihat dari banyaknya konten di berbagai platform media sosial, sangat sulit untuk membedakan apakah ini hoaks atau bukan, menggiring opini sebuah golongan atau tidak.&nbsp;Bukan perkaran mudah memang saat ini melawan konten negatif dan memblokir konten negatif bukan cara yang selalu efektif.&nbsp;Ndoro menambahkan bahwa saat ini lebih baik mengedukasi dan memberikan literasi media bagi masyarakat. Karena publik harus diedukasi bahwa konten negatif jika didiamkan dan tidak direspons, tidak akan viral.&nbsp;“Meningkatkan volume konten positif juga dipercaya sebagai salah satu cara mengimbangi maraknya konten negatif,” sambung Ndoro.&nbsp;Oleh sebab itu, konten positif dan edukatif sangat perlu menjadi arus utama dalam dunia media. Semakin banyak media yang memproduksi konten positif dan edukatif, maka semakin baik pula pengaruhnya bagi masyarakat.&nbsp;Saat ini, banyak masyarakat yang mengandalkan media sosial hingga media mainstream untuk mencari informasi dan juga berita terbaru. Isu-isu yang hadir setiap hari juga berasal dari ranah sosial itu kemudian diterbitkan di media dan memicu fenomena viral di media sosial.&nbsp;“Sebaliknya, dunia sosial membicarakan dan menyebarluaskan isu-isu yang dibahas oleh media sosial. Hal ini menjadikan batas antara dunia media dan dunia sosial makin kabur dan saling memengaruhi,” pungkas Ndoro.&nbsp;Ndoro juga mengakui bahwa kualitas serta keterbukaan informasi di zaman sekarang sudah sangat terbuka dan relatif mudah ditemukan. Info-info rahasia bahkan data pribadi pun tidak sulit untuk didapatkan di internet.&nbsp;Namun, Ndoro mengingatkan bahwa tidak semua informasi itu valid. Banyak sekali hoaks, misinformasi dan juga disinformasi di internet.&nbsp;Adapun penerapan ESG di media hiburan ternyata bisa meningkatkan pendapatan perusahaan.&nbsp;“Tentu saja. Kenapa tidak? Hanya saja diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mengemas ESG menjadi konten yang menghibur dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” ucap Ndoro.&nbsp;Sementara itu, temuan dari Nielsen mengungkapkan adanya tingkatan kesadaran serta kepedulian seputar penggunaan data, integritas media, dan pengaruh sektor swasta serta pada konsumsi berlebihan dan topik terkait ekonomi dan keberlanjutan lainnya.&nbsp;Sementara itu dari laman <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/nielsen">Nielsen</a>.com mengenai responsibility and sustainability ESG assessment, adanya beberapa kluster masalah utama ESG.&nbsp;1. Kepercayaan masyarakat terhadap media.&nbsp;Kepercayaan masyarakat terhadap media mencakup dampak sosial yang diciptakan atau diperkuat oleh ekosistem media dan periklanan. Ini termasuk masalah seperti privasi data konsumen dan penargetan iklan, kebebasan berbicara dan norma-norma demokrasi serta misinformasi atau konten yang tidak etis. Ekosistem media yang semakin terfragmentasi menjadi medan pertempuran baru untuk kepercayaan politik, perang budaya dan kebenaran itu sendiri. Pengiklan dan platform media (baik baru maupun tradisional) menghadapi tekanan yang meningkat dari konsumen dan regulator untuk membuat konten yang bertanggung jawab, inklusif, dan representatif.&nbsp;2. Perubahan Iklim dan LingkunganKlaster ini terdiri dari perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi CO2 dan faktor lingkungan lainnya. Perubahan iklim mempengaruhi setiap wilayah dan sebagian besar industri. Ini berpengaruh pada kebutuhan konsumen dan pola perilaku. Hal ini juga relevan dengan pendekatan Nielsen terhadap bidang keberlanjutan operasional seperti pengelolaan limbah dan pengelolaan energi. Sama seperti Nielsen merangkul kesempatan untuk menggunakan data dan layanannya untuk memiliki pengaruh positif pada keragaman, kesetaraan dan inklusi, ada peluang untuk mempertimbangkan bagaimana data dapat digunakan untuk memungkinkan perilaku konsumen yang lebih berkelanjutan dan kurang berbahaya dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan dampak lingkungan.&nbsp;3. Adil dan Berfungsi Ekosistem Media&nbsp;Ekosistem media yang adil dan berfungsi mencakup dampak dan aktivitas Nielsen serta produsen media, distributor, dan pengiklan dan bagaimana mereka memengaruhi dan mendukung industri media yang sehat. Pergeseran dari platform konten online yang didukung oleh banyak pelanggan menghadirkan tantangan dan peluang bagi Nielsen. Banyak konsumen telah mengurangi paparan mereka terhadap iklan di media dan platform pelanggan seperti Netflix telah menolak pengukuran oleh Nielsen.&nbsp;4. Inklusi Sosial&nbsp;Inklusi sosial mencakup pendekatan terhadap keragaman, kesetaraan dan inklusi dalam bisnisnya melalui perekrutan, retensi, dan keterlibatan, serta pengaruh perusahaan atas media dan konten iklan yang inklusif, bertanggung jawab, dan mewakili masyarakat. Budaya dan tenaga kerja keragaman, kesetaraan dan inklusi yang kuat (di semua tingkatan) yang mewakili masyarakat membantu perusahaan menarik dan mempertahankan talenta terbaik, menciptakan produk yang lebih inovatif, dan mendapatkan manfaat reputasi.&nbsp;5. Sumber Daya Manusia&nbsp;Manajemen sumber daya manusia mencakup dampak operasi dan budaya Nielsen terhadap karyawan, kontraktor, dan pemasoknya, termasuk daya tarik dan retensi karyawan, kesehatan dan keselamatan karyawan, respons COVID-19 serta keragaman kesetaraan dan inklusivitas. Kemampuan Nielsen untuk menarik dan mempertahankan tenaga kerja yang beragam dan terlibat di semua tingkatan sangat penting untuk kesuksesan perusahaan dan merupakan masalah yang semakin penting bagi pemangku kepentingan internal, serta investor.&nbsp;6. Etis Tata Kelola dan Bisnis Integritas&nbsp;Klaster ini mencakup dampak internal dan eksternal yang dihadapi dari tata kelola dan pendekatan Nielsen terhadap integritas bisnis, termasuk keterlibatan kebijakan public dalam masalah sosial, keamanan dan transparansi data, kepatuhan terhadap perubahan peraturan dan memenuhi harapan konsumen seputar privasi selama masa perubahan norma industri.&nbsp;

social-media-marketing-mobile-phone-concept_23-2148433188.webp

Tak terkecuali dengan industri media hiburan yang sekarang bergeser ke arah media sosial. Dari yang awalnya radio kemudian TV lalu masuklah internet yang sampai sekarang menjadi pusat informasi. 

Harga Emas Hari Ini

Butuh Keterampilan Khusus untuk Mengemas ESG Dalam Industri Media Hiburan