JAKARTA – Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) menguat 1,98% ke level Rp1.800 pada penutupan perdagangan Selasa, 15 April 2025. Penguatan ini menjadi kelanjutan dari tren positif setelah saham ADRO sempat tertekan 10,84% pada 8 April lalu, menyentuh titik terendah dalam tiga tahun terakhir di Rp1.600 akibat tekanan pasar global.Berdasarkan data Stockbit, aktivitas perdagangan saham ADRO pun terpantau cukup aktif. Sebanyak 76,46 juta saham ditransaksikan dalam 20.763 kali perdagangan dengan nilai mencapai Rp136,88 miliar. Dalam sepekan terakhir, saham emiten tambang milik Garibaldi 'Boy' Thohir ini tercatat naik 9,42%.Sentimen positif yang mendorong penguatan harga turut dipicu oleh rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimal Rp4 triliun. Aksi ini akan diajukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 15 Mei 2025.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/berikut-daftar-tarif-royalti-minerba-terbaru">Berikut Daftar Tarif Royalti Minerba Terbaru</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/nyaris-rp-2-juta-per-gram-harga-emas-antam-hari-ini-naik-rp-20-000">Nyaris Rp2 Juta Per Gram! Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp20.000</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ekspor-batu-bara-ptba-naik-saham-direkomendasikan-beli-meski-laba-turun">Ekspor Batu Bara PTBA Naik, Saham Direkomendasikan Beli Meski Laba Turun</a></li></ul>Jika disetujui, buyback akan dimulai pada 16 Mei dan berlangsung selama maksimal satu tahun. Manajemen ADRO menyatakan bahwa sumber dana buyback sepenuhnya berasal dari kas internal dan tidak akan mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.Langkah ini sejalan dengan strategi perseroan menjaga kepercayaan investor serta menstabilkan harga saham di tengah dinamika pasar. Secara paralel, anak usaha ADRO, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), juga mengumumkan buyback senilai Rp4 triliun. Dengan begitu, total potensi pembelian saham dari grup Adaro mencapai Rp8 triliun.<h3>Rekomendasi Analis&nbsp;</h3>Sebelumnya, sejumlah analis pasar masih menargertkan target buy saham ini. Trimegah Sekuritas, misalnya merekomendasikan beli saham ADRO dengan target harga Rp2.680, menilai prospek ekspansi energi terbarukan ADRO kian menjanjikan.&nbsp;Rekomendasi serupa datang dari BRI Danareksa Sekuritas dengan target harga Rp2.630, menggarisbawahi fundamental perseroan yang tetap solid meski laba tertekan. Sementara itu, DBS Research Group memberikan target harga Rp2.800 per saham, mencerminkan optimisme terhadap proyek hilirisasi dan diversifikasi energi.KB Valbury Sekuritas juga memulai kembali cakupan atas saham ADRO dengan rekomendasi beli dan target harga Rp2.300. Target tersebut berdasarkan valuasi&nbsp;sum of the parts&nbsp;(SOTP), dengan estimasi rasio P/E tahun 2025 sebesar 13 kali dan P/B 0,8 kali. Menurut analis, valuasi ini menunjukkan ruang apresiasi yang menarik, khususnya setelah aksi buyback diumumkan.Berbeda dengan mayoritas analis, Nomura Securities mengambil pandangan lebih hati-hati dengan menurunkan rekomendasi dari "buy" menjadi "neutral". Target harga ADRO oleh Nomura dipatok pada Rp1.930, dengan pertimbangan potensi pelemahan harga batu bara dan ketidakpastian arah pasar komoditas global.<h3>Fundamental Adaro</h3>Dari sisi fundamental, ADRO membukukan laba bersih sebesar US$1,38 miliar atau sekitar Rp22,29 triliun sepanjang 2024, turun 15,93% dibandingkan 2023. Pendapatan usaha ikut melemah 2,66% menjadi US$2,07 miliar karena turunnya permintaan batu bara metalurgi, khususnya dari sektor properti dan infrastruktur di Tiongkok.&nbsp;Meski demikian, anak usaha emiten bersandika ADRO, yakni PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), mencatatkan peningkatan produksi sebesar 30% menjadi 6,63 juta ton dan kenaikan volume penjualan 26% menjadi 5,62 juta ton.Dari neraca keuangan, total aset ADRO per akhir 2024 turun dari US$10,47 miliar menjadi US$6,7 miliar, seiring pelepasan konsolidasi AADI. Liabilitas menyusut signifikan 57% menjadi US$1,33 miliar, mencerminkan pelunasan utang dan efisiensi beban usaha. Ekuitas perusahaan ikut turun menjadi US$5,37 miliar, dan kas akhir tahun tercatat US$1,4 miliar, lebih rendah dibandingkan posisi 2023 yang mencapai US$3,31 miliar.Kendati menghadapi tekanan dari sisi harga dan permintaan komoditas, ADRO dinilai masih memiliki ruang untuk bertumbuh berkat strategi diversifikasi energi dan disiplin pengelolaan keuangan. Dengan struktur modal yang ramping, agenda hilirisasi berjalan, dan kebijakan pro-investor seperti buyback, ADRO tetap menjadi emiten tambang yang diperhitungkan untuk jangka menengah hingga panjang.

Gedung Adaro Energy di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Gedung Adaro .jpg

Kenaikan saham ADRO elanjutkan tren positif setelah sempat anjlok 10,84% ke Rp1.600 pada 8 April akibat tekanan pasar global, menyentuh level terendah dalam tiga tahun terakhir.

Harga Emas Hari Ini

Buyback Jumbo dan Valuasi Murah, Saham ADRO Masih Menarik Dibeli?