JAKARTA – Pernyataan
Badan Pusat Statistik (BPS) tentang terjaminnya kerahasiaan data pribadi dalam
penyelenggaraan Sensus Penduduk 2020 (SP2020) secara dalam jaringan (online)
perlu dikaji lebih lanjut.



Ada sejumlah
regulasi yang mengikat BPS untuk menjaga kerahasiaan data probadi, seperti
dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1998 tentang kewajiban BPS menjaga rahasia
koresponden. Dalam hal ini kerahasiaan menjadi tanggung jawab internal BPS,
namun bagaimana jika ancaman keamanan datang dari pihak luar?



Sekretaris Utama
BPS, Adi Lumaksono mengatakan pihaknya telah menyiapan sejumlah tindakan
preventif untuk kemungkinan terjadinya kebocoran data akibat peretasan. Sistem
yang saat ini BPS miliki telah lolos uji keamanan oleh ahli Institut Teknologi
Bandung (ITB).



“Kita sudah uji coba
jika ada peretasan oleh hacker. Dengan uji coba ini, sampai sata ini
ter-cover rapi,” ujarnya saat ditemui wartawan di kantor BPS (15/02).



<h4>Peretasan Sensus Amerika Serikat</h4>



Meskipun saat
ini BPS yakin akan keamanan sistem informasinya, faktanya, sejumlah negara maju
pernah mengalami peretasan dalam penyelenggaraan sensus daringnya. Sebut saja
Amerika Serikat (AS) dan Australia.



Pada awal 2015, sebanyak
4.200 file milik Biro Sensus AS telah diretas oleh pegawainya sendiri. Peretasan
ini melanggar 22 juta data pribadi dan sebanyak 94 juta rekam medis milik warga
AS telah dibagikan dalam empat peretasan masal terkait peretasan data
kesehatan.



Peretasan besar
ini pertama kali dilaporkan oleh media Inggris The Register, &nbsp;dikutip dari lamannya (17/02), “Database yang
diretas antara lain, nama pengguna, alamat email Biro Sensus, dan nomor telepon
4.200 staf Biro.”



Dari perspektif keamanan nasional, bobolnya data pribadi sebuah biro pemerintahan menjadi tamparan keras bagi pemerintah AS dalam perlindungan data di sana. Hal ini menimbulkan asumsi seolah-olah pemerintah AS mengesampingkan keamanan data pribadi warganya dibanding dengan data pemerintahannya sendiri. 



Lebih lanjut
Direktur FBI, James Comey mengatakan, ”Enkripsi haruslah legal, sehingga data
yang terenkripsi tidak akan bisa diakses oleh peretas atau bahkan pemerintah AS
sendiri tanpa seizin pemilik data.”



<h4>Peretasan Sensus Australia</h4>



Penyerangan data
juga terjadi pada 9 Agustrus 2016 di situs sensus penduduk Australia. Saat itu,
situs mendapatkan 4 serangan sekaligus yang menyebabkan terhentinya sensus
daring. Ketika terjadi, warga Australia ramai-ramai menyuarakan kekhawatirannya
pada pemerintah akan data pribadinya.



Seorang profesional teknologi informasi, Dinkar Sharma meyakini pelanggaran tersebut menjadikan prioritas keamanan siber di Australia membaik. 



“Segala insiden dapat dijadikan momen pembuka mata. Hal ini berkontribusi untuk menciptakan lebih banyak kesadaran warga dan pemerintah Australia dalam memperlakukan serangan dunia maya sebagai persoalan yang sangat serius,” ujar Sharma seperti dilansir dari Infomationage (17/02).



Dengan
pengalaman peretasan yang dialami dua negara tersebut, warga dan pemerintah Indonesia
layak menjadikan keamanan siber sebagai hal yang prioritas. Meskipun tanggung
jawab advokasi dan kesadaran keamanan dunia maya berada di tangan lembaga
pemerintah dan profesional industri, Sharma percaya bahwa kesadaran masyarakat
mutlak adanya.



Salah satu
aktivitas daring yang penting namun sering diabaikan adalah aktivitas perbankan
daring. Perbankan daring adalah salah satu bidang yang Sharma yakini penting karena
risiko keuangan yang jelas.



&#8220;Orang-orang harus lebih sadar untuk melakukan internet banking dengan aman,&#8221; tutupnya.

ANANDA.png

hacker_adimas_fotolia_large

JAKARTA – Pernyataan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang terjaminnya kerahasiaan data pribadi dalam penyelenggaraan Sensus Penduduk 2020 (SP2020) secara dalam jaringan (online) perlu dikaji lebih lanjut. Ada sejumlah regulasi yang mengikat BPS untuk menjaga kerahasiaan data probadi, seperti dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1998 tentang kewajiban BPS menjaga rahasia koresponden. Dalam hal ini kerahasiaan menjadi [&hellip;]

Harga Emas Hari Ini

Hati-Hati, Peretasan Sensus Daring Pernah Terjadi di Negara Maju