IDHAM.png

JAKARTA - Pasar modal Indonesia diperkirakan akan mengalami rebound pada tahun 2025, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mencapai level 7.200 - 7.700. Optimisme ini didorong oleh sektor perbankan yang diprediksi tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional.&nbsp;Head of Research BCA Sekuritas, Andre Benas, menegaskan perbankan masih menjadi sektor dominan dalam mendorong pertumbuhan IHSG tahun ini."Jika melihat ekspektasi pertumbuhan saat ini, sektor yang paling dominan tetap berasal dari industri jasa keuangan, khususnya perbankan," ujar Andre Benas melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, dikutip Selasa, 25 Februari 2025.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/produk-tembakau-alternatif-bisa-kurangi-biaya-kesehatan-akibat-merokok">Produk Tembakau Alternatif Bisa Kurangi Biaya Kesehatan Akibat Merokok</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/harta-dony-oskaria-paman-nagita-slavina-yang-ditunjuk-jadi-coo-danantara">Harta Dony Oskaria, Paman Nagita Slavina yang Ditunjuk jadi COO Danantara</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/danantara-resmi-meluncur-apa-dampak-bagi-saham-emiten-anggotanya">Danantara Resmi Meluncur, Apa Dampak Bagi Saham Emiten Anggotanya?</a></li></ul><h3>Faktor Pendorong Pertumbuhan IHSG</h3>Beberapa faktor utama yang mendorong potensi rebound IHSG pada 2025 antara lain:<ul><li>Sektor Perbankan yang Solid: Dengan fundamental yang kuat, bank-bank di Indonesia terus memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi.</li><li>Kebijakan Pemerintah: Program-program strategis pemerintah diprediksi dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi.</li><li>Peningkatan Konsumsi Domestik: Ekonomi berbasis konsumsi tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan nasional.</li><li>Masuknya Investasi Asing (FDI): Investasi langsung ke sektor-sektor padat karya seperti manufaktur dapat meningkatkan daya beli masyarakat.</li></ul><h3>Sektor-Sektor yang Berpotensi Menguat</h3>Selain sektor perbankan, beberapa sektor lain diperkirakan akan memperoleh manfaat dari kebijakan pemerintah, menjadikannya katalis utama dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa sektor tersebut meliputi:<ul><li>Properti dan Perumahan: Dengan banyaknya subsektor terkait, sektor ini diproyeksikan akan bergerak positif.</li><li>Makanan dan Minuman: Termasuk subsektor turunannya yang memiliki peran besar dalam perekonomian.</li><li>Transportasi dan Logistik: Kebijakan yang mendukung sektor ini akan mendorong efisiensi distribusi dan perdagangan.</li><li>Kemasan dan Packaging: Seiring dengan meningkatnya permintaan dari sektor makanan dan minuman.</li></ul>David Sumual, Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA), juga menyoroti potensi tambahan likuiditas yang dapat terjadi berkat kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), yang diharapkan mampu memperkuat perekonomian nasional.<h3>Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2025</h3>Berdasarkan analisis yang dilakukan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai kisaran 4,8% - 5%. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ini adalah meningkatnya jumlah penduduk produktif dengan rata-rata pertumbuhan 3% per tahun.&nbsp;Mengingat karakteristik ekonomi Indonesia yang berbasis konsumsi (consumer-driven economy), peningkatan jumlah penduduk akan berkontribusi positif terhadap daya beli masyarakat.<ul><li>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/ihsg-hari-ini-25-februari-2025-turun-4-69-poin-ke-6-744-91">IHSG Hari Ini 25 Februari 2025 Turun 4,69 Poin ke 6.744,91</a></li></ul>Namun, agar daya beli masyarakat meningkat lebih signifikan, diperlukan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment - FDI) yang masuk ke sektor-sektor dengan tingkat penyerapan tenaga kerja tinggi, seperti manufaktur. Dengan demikian, lapangan kerja semakin luas dan daya beli masyarakat ikut terdorong.<h3>Tantangan Ekonomi Indonesia 2025</h3>Meskipun prospek pertumbuhan cukup optimis, beberapa tantangan masih harus dihadapi, terutama pada semester pertama tahun 2025. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi ekonomi Indonesia di antaranya:<ul><li>Geopolitik Global: Ketidakpastian di berbagai negara dapat berdampak pada perdagangan dan investasi.</li><li>Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah: Stabilitas nilai tukar menjadi faktor penting dalam menjaga daya beli dan investasi.</li><li>Kebijakan Proteksionis AS: Kebijakan ekonomi Presiden AS, Donald Trump, dapat memengaruhi perdagangan global dan arus modal ke Indonesia.</li></ul>Namun, meski ketidakpastian global masih tinggi, terdapat kebijakan pemerintah yang dianggap sebagai terobosan besar (breakthrough policy) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/lk-21-pusat-film-ilegal-ini-5-rekomendasi-situs-streaming-film-aman">LK21-PusatFilm Ilegal, Ini 5 Rekomendasi Situs Streaming Film Aman</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/mengenal-danantara-digagas-sumitro-dieksekusi-prabowo">Mengenal Danantara: Digagas Sumitro, Dieksekusi Prabowo</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/tekanan-aksi-jual-saham-goto-di-tengah-demo-ojol-tuntut-thr">Tekanan Aksi Jual Saham GOTO di Tengah Demo Ojol Tuntut THR</a></li></ul><h3>Strategi Investasi bagi Investor Ritel</h3>Di tengah dinamika ekonomi global dan domestik, investor ritel diimbau untuk tidak terjebak dalam FOMO (Fear of Missing Out) saat berinvestasi. Andre Benas menekankan pentingnya memperhatikan fundamental instrumen investasi serta kondisi ekonomi sebelum menanamkan modal.David Sumual juga menyarankan agar investor mempertimbangkan instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko masing-masing, seperti:<ul><li>Pasar uang dan reksa dana pasar uang: Cocok bagi investor dengan profil risiko rendah.</li><li>Obligasi ritel: Menawarkan imbal hasil menarik, bahkan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.</li></ul>

AMIRUDDIN ZUHRI.png

Ilustrasi pengamatan IHSG. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia



Ilustrasi Pengamatan IHSG - Panji 4.jpg

Pasar modal Indonesia diperkirakan akan mengalami rebound pada tahun 2025, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mencapai level 7.200 - 7.700. 

Harga Emas Hari Ini

IHSG Berpotensi Rebound ke 7.700, Perbankan Jadi Pendorong