<p>JAKARTA – Pasar modal Indonesia menghadapi tantangan besar di penghujung Februari, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok ke bawah 6.300, level terendah dalam 3,5 tahun terakhir. Sentimen negatif didorong oleh tekanan jual investor asing yang terus berlanjut serta pelemahan rupiah terhadap dolar AS.</p><p>Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencatat investor asing mencatat net sell mendekati Rp50 triliun dalam lima bulan terakhir. “Sepanjang Februari, IHSG terkoreksi -11,5% month-on-month (MoM), menjadi penurunan terdalam sejak Maret 2020,” jelas mereka pada Jumat, 28 Februari 2025.</p><p>Mereka juga bilang bahwa faktor eksternal, seperti ketidakpastian ekonomi global dan rencana kebijakan AS terkait tarif impor, semakin membebani pasar. Sementara itu, rupiah yang melemah hingga Rp16.431 per US$ semakin menekan kepercayaan investor.</p><ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/mengulas-sejarah-petral-sarang-mafia-migas-pertamina">Mengulas Sejarah Petral, Sarang Mafia Migas Pertamina</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/tingkatkan-keamanan-dan-kenyamanan-pengiriman-lion-parcel-luncurkan-atribut-baru-kurir">Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan Pengiriman, Lion Parcel Luncurkan Atribut Baru Kurir</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/src-gelar-pesta-retail-daerah-2025-di-11-kota-untuk-dorong-transformasi-umkm">SRC Gelar Pesta Retail Daerah 2025 di 11 Kota untuk Dorong Transformasi UMKM</a></li></ul><p>Namun, di balik tekanan yang ada, masih terdapat peluang pemulihan. Sejarah menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, IHSG di bulan Maret rata-rata turun 1,9% MoM, tetapi periode ini juga sering kali menjadi titik balik bagi pasar.&nbsp;</p><p>Perusahaan dengan kode broker YP ini menilai beberapa faktor positif yang dapat menjadi katalis adalah peningkatan konsumsi selama bulan Ramadan dan Idul Fitri, puncak musim laporan keuangan emiten, serta pengumuman dividen perusahaan.</p><h3>Tekanan Global&nbsp;</h3><p>&nbsp;Salah satu faktor utama pemburukan IHSG adalah kebijakan perdagangan Amerika Serikat, yang akan mengenakan tarif impor sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko serta tambahan 10% untuk China pada 4 Maret. Kebijakan ini berisiko memicu ketegangan dagang baru yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global.</p><p>Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi tantangan tersendiri. Dengan kurs USD/IDR yang menyentuh Rp16.431, beban bagi emiten yang memiliki utang dalam dolar AS semakin berat. Pelemahan rupiah juga berpotensi mengurangi daya beli masyarakat serta meningkatkan tekanan inflasi domestik.</p><p>Ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga The Fed semakin memperumit situasi. Jika bank sentral AS menunda pemangkasan suku bunga, aliran dana asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia, bisa semakin terhambat. Hal ini berpotensi membuat IHSG kesulitan untuk bangkit dalam waktu dekat.</p><h3>Agenda Ekonomi Maret</h3><p>Maret akan menjadi bulan yang krusial bagi pasar modal, dengan berbagai agenda ekonomi yang dapat menentukan arah IHSG. Di awal bulan, pelaku pasar akan mencermati rilis data inflasi Indonesia serta China Caixin Manufacturing PMI pada 3 Maret. Jika data ini menunjukkan perbaikan, maka ada harapan pemulihan sentimen di pasar saham Indonesia.</p><p>Pada 7 Maret, investor akan mencermati data US Non-Farm Payrolls, yang menjadi indikator utama bagi kebijakan suku bunga The Fed. Jika angka ketenagakerjaan AS melemah, harapan pemangkasan suku bunga bisa meningkat, yang berpotensi mengalirkan kembali dana investasi ke negara-negara berkembang.</p><p>Kemudian, pada 12 Maret, data inflasi AS akan dirilis. Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, dolar AS bisa semakin menguat, yang berisiko menekan rupiah dan pasar saham Indonesia.</p><p>Puncak agenda ekonomi terjadi pada 19 Maret, ketika Bank Indonesia (BI) dan The Fed mengumumkan keputusan suku bunga mereka. Jika BI mempertahankan suku bunga dan The Fed memberikan sinyal pemangkasan suku bunga di semester II, pasar bisa mendapatkan dorongan positif.</p><h3>Strategi Investasi</h3><p>Dengan volatilitas yang tinggi, strategi investasi yang disiplin menjadi kunci. Tim Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia merekomendasikan pendekatan defensif, dengan fokus pada seleksi saham yang lebih ketat, diversifikasi portofolio, serta manajemen risiko yang lebih disiplin.</p><p>Meskipun tantangan masih membayangi, investor yang mampu membaca tren dan mengambil keputusan dengan tepat tetap memiliki peluang untuk meraih keuntungan. Dengan momentum Ramadan serta prospek pemangkasan suku bunga di semester II 2025, Maret bisa menjadi periode yang menentukan bagi arah pasar ke depan.</p>

AMIRUDDIN ZUHRI.png

Karyawan berkatifitas dengan latar layar monitor pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, 8 September 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

IHSG Ditutup Menguat-5.jpg

IHSG anjlok ke level terendah dalam 3,5 tahun di Februari 2025, tertekan oleh aksi jual asing dan pelemahan rupiah. Akankah momentum Ramadan tahun 2025 menjadi katalis pemulihan? 

Harga Emas Hari Ini

Langit Kelabu IHSG Februari, Mampukah Berkah Ramadan Jadi Katalis?