JAKARTA - Ketika dunia menyaksikan perang dagang antara dua raksasa ekonomi, Amerika Serikat dan China, tak sedikit yang hanya melihatnya sebagai konflik tarif dan kebijakan proteksionis.&nbsp;Namun, di balik ketegangan dagang itu, China diam-diam memperkuat senjatanya melalui efisiensi produksi ekstrem dan penerapan dark technology. Inilah senjata non-tradisional yang kini menjadi tulang punggung pertahanan industri China.China selama ini dikenal sebagai pabrik dunia bukan tanpa alasan. Dengan biaya produksi yang rendah, skala produksi besar, dan ekosistem industri yang sangat terintegrasi, China mampu membanjiri pasar global dengan barang-barang berharga murah namun kompetitif. Dari elektronik, tekstil, hingga otomotif, efisiensi telah menjadi kata kunci.“Dark technology atau dark industry benar-benar memangkas peran manusia. Jadi benar-benar dia melakukan efisiens energi, dia atur agar mesin besarnya bergerak terus tanpa campur tangan manusia,” ujar pengamat ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Bhimo Rizky Samudro, kepada TrenAsia, Kamis, 24 April 2025.Faktor-faktor seperti tenaga kerja murah, infrastruktur manufaktur canggih, pasokan bahan baku lokal, dan dukungan penuh dari pemerintah menjadikan efisiensi bukan sekadar hasil, tetapi bagian dari strategi nasional. Namun, ketika perang dagang dengan AS memicu kenaikan tarif atas barang-barang China, efisiensi ini diuji.<h3>Transformasi Efisiensi Menjadi Kekuatan Geopolitik</h3>Dark factory atau lights-out factory adalah pabrik yang beroperasi tanpa kehadiran manusia, sepenuhnya otomatis dan bahkan tidak memerlukan penerangan. &nbsp;“Jadi dark technology atau dark industry itu sekarang mulai berkembang di Tiongkok. Salah satunya adalah di perusahaan Xiaomi,” jelas Bhimo.Penerapannya di China, seperti di pabrik Xiaomi dan Foxconn, telah terbukti mendongkrak produktivitas secara dramatis. Produksi mobil setiap 76 detik tanpa henti, atau penggantian 60.000 pekerja manusia dengan robot, bukan sekadar pencapaian teknologi, tetapi juga pernyataan geopolitik secara tersirat, “China tidak akan tunduk pada tekanan dagang”.Dengan dark technology, biaya produksi dapat ditekan lebih rendah daripada sebelumnya, bahkan ketika tarif AS naik. Hal ini memungkinkan barang-barang China tetap kompetitif secara global, bahkan dalam iklim perdagangan yang tidak bersahabat."Dan dia targetnya adalah&nbsp; bisa menghasilkan outputnya beberapa kali lipat lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan SDM," tambah Bhimo.<h3>Mengapa Dark Factory Jadi Senjata Perang Dagang?</h3>China kini memanfaatkan otomatisasi tinggi untuk mengurangi ketergantungan pada produk negara lain dan mulai fokus memproduksi barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi.&nbsp;Strategi ini membuka peluang baru di pasar negara maju seperti Eropa dan kawasan Asia Pasifik, sebagai langkah antisipatif terhadap pasar Amerika Serikat yang semakin protektif.&nbsp;Di sisi lain, tantangan demografis berupa menurunnya populasi usia kerja tidak dipandang sebagai hambatan, melainkan dimanfaatkan sebagai momentum untuk mempercepat transformasi industri melalui otomatisasi. Hal ini menjadi solusi jangka panjang guna menjaga produktivitas nasional di tengah tekanan eksternal.Selain itu, dalam konteks perang dagang dengan Amerika Serikat yang menargetkan perusahaan teknologi seperti Huawei, China justru mempercepat investasi dalam penelitian dan pengembangan lokal.&nbsp;Penguatan kemandirian teknologi ini tercermin dalam pengembangan chip kecerdasan buatan (AI) dan sistem robotika canggih. Efisiensi juga menjadi kunci. Dengan konsep dark factory, kebutuhan akan sistem pendingin, pencahayaan, dan fasilitas untuk pekerja manusia dapat dieliminasi.&nbsp;Hal ini secara signifikan menekan biaya energi dan mengurangi emisi karbon, dua aspek yang semakin penting dalam lanskap perdagangan global yang kini lebih sadar terhadap isu lingkungan.Apa yang dilakukan China melalui dark technology bukan hanya transformasi industri, tapi juga manuver strategis dalam arena geopolitik global. Ketika dunia sibuk menghitung tarif dan kuota, China diam-diam membangun pabrik yang tidak pernah tidur, tidak butuh istirahat, dan terus menekan biaya hingga titik terendah.

Ilustasi Perang dagang AS-CHINA.jpg

Dengan biaya produksi yang rendah, skala produksi besar, dan ekosistem industri yang sangat terintegrasi, China mampu membanjiri pasar global dengan barang-barang berharga murah namun kompetitif. 

Harga Emas Hari Ini

Menyibak Dark Factory, Rahasia China Bikin AS Tak Berkutik