JAKARTA - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) saat ini sedang melacak munculnya varian <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/search?q=covid-19">COVID-19</a> yang dikenal dengan sebutan BN.1. Seperti yang dilansir dari laman NZHerald, meski BN.1 baru saja ditambahkan ke daftar varian yang telah dilacak oleh CDC Amerika Serikat, varian tersebut ternyata sudah menyumbang sebanyak empat persen dari infeksi yang tercatat pada orang Amerika Serikat.Selain itu, varian BN.1 ini juga telah terdeteksi di lebih dari 30 negara seperti Australia, Inggris, India, dan Austria, di mana beberapa kasus paling awal dari jenis tersebut tercatat sekitar pertengahan tahun.Menurut seorang ahli virologi Universitas Otago, Dr Jemma Geoghegan mengatakan bahwa tampaknya varian ini memiliki kelebihan yang dapat meningkatkan risiko munculnya lebih banyak kasus serta mampu menghindari perlindungan kekebalan yang telah manusia miliki.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/rudal-yang-menghantam-polandia-milik-ukraina-tapi-nato-tetap-salahkan-rusia">Rudal yang Menghantam Polandia Milik Ukraina, Tapi NATO Tetap Salahkan Rusia</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/nilai-kurs-rupiah-ditutup-melemah-63-poin-saat-suku-bunga-bi-naik-jadi-5-25-persen">Nilai Kurs Rupiah Ditutup Melemah 63 Poin saat Suku Bunga BI Naik Jadi 5,25 Persen</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/bappebti-hentikan-perdagangan-aset-kripto-ftx-karena-perusahaan-alami-kebangkrutan">Bappebti Hentikan Perdagangan Aset Kripto FTX karena Perusahaan Alami Kebangkrutan</a></li></ul>Sebulan yang lalu, BN.1 hanya menimbulkan satu dari 100 kasus di Amerika Serikat. Namun sekarang justru perbandingannya melonjak menjadi satu dari 20 sehingga memperlihatkan bahwa subvarian ini memiliki beberapa perbedaan dari varian sebelumnya.Secara internasional, para ilmuwan telah menandai subvarian tersebut memiliki kemampuan tinggi untuk lolos dari kekebalan manusia dan berpotensi untuk bersaing dengan varian lain yang beredar. Meski begitu belum ada indikasi bahwa varian BN.1 menimbulkan risiko yang lebih besar untuk memicu penyakit yang parah atau kematian.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/melonjak-hingga-rp-15-000-berikut-harga-emas-antam-hari-ini">Melonjak hingga Rp15.000, Berikut Harga Emas Antam Hari Ini</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ihsg-rebound-jelang-akhir-pekan-inilah-saham-rekomendasi-dari-bni-sekuritas-hari-ini">IHSG Rebound Jelang Akhir Pekan, Inilah Saham Rekomendasi dari BNI Sekuritas Hari Ini!</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/jadi-tuan-rumah-ktt-g-20-ini-5-keuntungan-bagi-perekonomian-indonesia">Jadi Tuan Rumah KTT G20, Ini 5 Keuntungan bagi Perekonomian Indonesia</a></li></ul>Geoghegan mengatakan strain baru muncul contoh lain dari evolusi konvergen, di mana spesies yang berbeda dari suatu organisme secara mandiri mengembangkan sifat yang sama, dalam menanggapi tekanan yang sama.

JUSTINA.png

Ilustrasi bvirus Covid-19/Foto: Pixabay

Virus Covid-19

Muncul Subvarian Omicron BN.1 Terbaru, Disebut Lebih Mudah Menular

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) saat ini sedang melacak munculnya varian COVID-19 yang dikenal dengan sebutan BN.1. 