IDHAM.png

<p>JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya peran sektor perbankan dalam mendukung pembiayaan iklim sebagai upaya menghadapi risiko perubahan iklim global.&nbsp;</p><p>Dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk <i>Kesiapan Dana Swasta Indonesia dalam Pembiayaan Iklim</i> yang digelar Media Indonesia pada Jumat, 25 April 2025. Pelaksana Tugas Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perbankan OJK, Indah Iramadhani, memaparkan berbagai kebijakan dan capaian sektor perbankan dalam mendukung agenda keberlanjutan nasional.</p><p>Indah membuka paparannya dengan mengingatkan bahwa perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan, tetapi telah menjadi risiko global utama. "Cuaca ekstrem saat ini menjadi risiko terbesar kedua dalam dua tahun ke depan, dan diproyeksikan menjadi yang terbesar dalam dekade mendatang," tegas Indah.</p><p>Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan risiko fisik terbesar kedua di dunia menurut World Risk Index 2024, setelah mempertimbangkan tingkat paparan bencana, kapasitas mitigasi, dan kerentanan sosial-ekonomi. "Letak geografis Indonesia di ring of fire menjadikan kita sangat rentan, tetapi juga memberikan peluang besar untuk transisi menuju ekonomi hijau," jelasnya.</p><ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/rebound-pasca-lebaran-saham-bbri-cs-jadi-motor-penguatan-ihsg-april-2025">Rebound Pasca-Lebaran, Saham BBRI Cs Jadi Motor Penguatan IHSG April 2025</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/ironi-harga-beras-tinggi-kala-surplus-nasional">Ironi, Harga Beras Tinggi Kala Surplus Nasional</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/efisiensi-berbuah-manis-unvr-catat-laba-rp-1-24-triliun-di-kuartal-i-2025">Efisiensi Berbuah Manis, UNVR Catat Laba Rp1,24 Triliun di Kuartal I-2025</a></li></ul><h3>Potensi Energi Terbarukan dan Mineral Kritis</h3><p>Indah menekankan bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang ramah lingkungan. “Kita memiliki potensi energi baru dan terbarukan sebesar 3.686 GW dan menyimpan 40% cadangan panas bumi dunia,” katanya. Selain itu, Indonesia juga merupakan produsen nikel terbesar dunia dan memiliki cadangan bauksit serta tembaga yang signifikan untuk mendukung industri kendaraan listrik (EV).</p><h3>Strategi OJK: Menyelaraskan Regulasi Domestik dengan Standar Global</h3><p>Dalam mendukung pembiayaan iklim, OJK mengadopsi berbagai arahan kebijakan global, seperti standar dari Basel Committee on Banking Supervision (BIS), International Sustainability Standards Board (ISSB), dan Network for Greening the Financial System (NGFS). Indah menjelaskan bahwa OJK mendorong bank untuk mengintegrasikan risiko iklim ke dalam sistem manajemen risiko mereka.</p><p>“Pengungkapan informasi keberlanjutan menjadi syarat penting. Adopsi terhadap IFRS S1 dan S2 sudah dilakukan melalui Pernyataan Standar Pengungkapan Keberlanjutan (PSPK 1 dan 2) oleh Ikatan Akuntan Indonesia,” ujar Indah.</p><p>Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/agung-podomoro-luncurkan-the-garden-house-dengan-konsep-hunian-hijau-berkelanjutan"><strong>Agung Podomoro Luncurkan The Garden House Dengan Konsep Hunian Hijau Berkelanjutan</strong></a></p><h3>Pembiayaan Berkelanjutan Capai Rp1.959 Triliun</h3><p>Menurut data Laporan Keberlanjutan bank tahun 2023, total pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp1.959 triliun, dengan rasio terhadap total kredit yang terus meningkat, mencapai 27,63% per Desember 2023. Sektor UMKM, pengelolaan sumber daya hayati, serta transportasi ramah lingkungan menjadi penerima porsi terbesar.</p><p>“Tren ini menunjukkan komitmen sektor perbankan dalam membiayai kegiatan ekonomi hijau yang berdampak langsung pada penurunan emisi dan penguatan ketahanan iklim,” kata Indah.</p><h3>Perbankan Dukung Target Net Zero Emission (NZE)</h3><p>OJK juga mencatat bahwa perbankan semakin aktif berkomitmen terhadap target <i>Net Zero Emission</i>. Pada Maret 2024, tujuh bank telah menandatangani komitmen mendukung target NZE. “Empat bank sudah menetapkan target NZE, dua di antaranya untuk operasional dan dua lainnya secara spesifik dalam pembiayaan,” ungkap Indah.</p><p>Tak hanya itu, hingga November 2024, sebanyak empat bank telah menerbitkan green bond atau sukuk dengan nilai total Rp26 triliun. Sementara sembilan bank tercatat aktif membeli unit karbon, dengan volume pembelian mencapai lebih dari 100.000 ton CO2 ekuivalen (tCO2e).</p><h3>Perdagangan Karbon Internasional dan Kesiapan Bank</h3><p>Dalam mendukung inisiatif perdagangan karbon internasional, pemerintah menetapkan target pengurangan emisi sebesar 4 juta ton CO2 ekuivalen untuk tahun 2025. Indah menyebutkan bahwa hingga akhir 2024, sebanyak 13 bank telah menyatakan komitmen untuk menjadi pembeli potensial unit karbon.</p><ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/bukan-di-lk-21-layarkaca-21-dan-lok-lok-berikut-cara-nonton-weak-hero-class-2-dengan-aman">Bukan di LK21, Layarkaca21 dan LokLok, Berikut Cara Nonton Weak Hero Class 2 dengan Aman</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/lk-21-lok-lok-dan-oppadrama-ilegal-berikut-cara-nonton-drakor-crushology-101">LK21, LokLok, dan Oppadrama Ilegal, Berikut Cara Nonton Drakor Crushology 101</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/skandal-kredit-fiktif-bank-jatim-sentuh-rp-569-4-miliar">Skandal Kredit Fiktif Bank Jatim Sentuh Rp569,4 Miliar</a></li></ul><p>"Ini membuktikan bahwa sektor perbankan siap mengambil peran aktif dalam mekanisme pasar karbon, yang juga akan menjadi sumber pendanaan baru untuk proyek-proyek hijau di Indonesia," ujarnya.</p><h3>Stabilitas Permodalan Perbankan Terjaga</h3><p>Sejalan dengan peningkatan portofolio hijau, permodalan perbankan nasional juga tetap solid. Rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 27,65% pada tahun 2023, meningkat dari 25,63% pada tahun sebelumnya.</p><p>"Ini memberikan ruang bagi bank untuk mengalokasikan pembiayaan ke sektor-sektor hijau tanpa mengorbankan stabilitas keuangan," tegas Indah.</p><p>&nbsp;</p>

AMIRUDDIN ZUHRI.png

Green Economy.jpg

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya peran sektor perbankan dalam mendukung pembiayaan iklim sebagai upaya menghadapi risiko perubahan iklim global. Dalam Forum Group Discussion (FGD) bertajuk Kesiapan Dana Swasta Indonesia dalam Pembiayaan Iklim yang digelar Media Indonesia pada Jumat, 25 April 2025. Pelaksana Tugas Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Perbankan OJK, Indah Iramadhani, memaparkan berbagai kebijakan dan capaian sektor perbankan dalam mendukung agenda keberlanjutan nasional.

Harga Emas Hari Ini

Rp1.959 Triliun untuk Bumi: Perbankan Indonesia Tancap Gas Biayai Proyek Hijau