IDHAM.png

JAKARTA - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sempat mengalami tren koreksi sejak awal tahun 2025. Namun dalam beberapa minggu terakhir, saham BBCA menunjukkan tanda-tanda pemulihan atau rebound.&nbsp;Apa penyebabnya? Apakah karena buyback yang telah diumumkan perusahaan? Dan apakah harga saham BBCA berpotensi kembali menyentuh Rp10.000 per lembar tahun ini?Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan koreksi harga saham BBCA tidak berdiri sendiri, melainkan juga dialami oleh saham-saham perbankan lainnya.Menurut Jahja, koreksi saham yang terjadi beberapa waktu lalu dipicu oleh ketidakpastian global. Ia mencontohkan kejutan dari Amerika Serikat, yang kala itu mengumumkan tarif bea masuk tambahan terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia.“Kita ingat pada waktu liburan panjang masa Lebaran, ada kejutan dari teman kita Mr. Trump. Tiba-tiba mengumumkan ada tambahan bea masuk untuk setiap negara. Termasuk kita terkena 32%. Maka saat pasar buka tanggal 8 dan 9 April, langsung terjadi koreksi besar, terutama di sektor perbankan,” ujar Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja BCA kuartal I-2025 yang diselenggarakan secara virtual, Rabu, 23 April 2025.&nbsp;<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/diprotes-as-sistem-qris-justru-lebih-maju-dibanding-amerika-dan-eropa">Diprotes AS, Sistem QRIS Justru Lebih Maju Dibanding Amerika dan Eropa</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/harga-emas-tembus-rekor-saham-tambang-dan-ritel-emas-melejit-tajam">Harga Emas Tembus Rekor, Saham Tambang dan Ritel Emas Melejit Tajam</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/mengungkap-proses-pemilihan-paus-film-conclave-jadi-sorotan-pasca-paus-fransiskus-meninggal">Mengungkap Proses Pemilihan Paus, Film Conclave Jadi Sorotan Pasca Paus Fransiskus Meninggal</a></li></ul>Ia menjelaskan bahwa dalam kondisi seperti itu, naluri investor adalah menjual saham terlebih dahulu karena belum bisa mengukur risiko terhadap sektor perbankan. Namun, koreksi tersebut tidak berlangsung lama. Jahja mengungkapkan para investor mulai kembali melirik saham-saham yang memiliki fundamental kuat, termasuk BBCA.“Setelah harga sampai di level terendah, investor mulai melihat respons pasar. Saham-saham perusahaan yang fundamentalnya bagus, baik bank maupun non-bank, langsung diserok kembali. Maka terjadilah rebound,” jelasnya.Ia menambahkan bahwa rebound mulai terasa sejak tanggal 10 dan 11 April. Bahkan, pada salah satu hari perdagangan, saham sempat menyentuh level tertinggi sebelum kembali terkoreksi karena kondisi pasar yang sudah overbought.Baca Juga: <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/laba-bank-milik-konglomerat-indonesia-2024-siapa-paling-moncer-siapa-tertekan">Laba Bank Milik Konglomerat Indonesia 2024: Siapa Paling Moncer, Siapa Tertekan?</a>Terkait program buyback yang diumumkan BCA sebesar maksimum Rp1 triliun, Jahja mengonfirmasi bahwa aksi tersebut memang telah dilakukan, meski belum dalam jumlah besar.“Kita memang mengumumkan akan melakukan buyback dengan maksimum Rp1 triliun dan harga maksimal Rp9.200 per saham. Buyback mulai dilakukan sekitar tanggal 10–11 April, tapi jujur saja belum signifikan,” katanya.Meskipun buyback dilakukan, Jahja menegaskan bahwa pemulihan saham lebih banyak digerakkan oleh kondisi pasar dan kepercayaan terhadap fundamental perusahaan.<h3>Apakah Saham BBCA Bisa Kembali ke Level Rp10.000?</h3>Ketika ditanya soal potensi harga saham BBCA untuk kembali menyentuh level Rp10.000 pada tahun ini, Jahja memilih untuk tidak berspekulasi.“Saya bukan peramal. Saya nggak punya bola kaca yang bisa kasih tahu kapan harga saham kita menyentuh Rp10.000. Bisa saja tercapai sebelum akhir tahun, bisa juga tahun depan. Jujur saya nggak tahu,” ungkapnya.Ia menekankan bahwa fokus utama BCA bukanlah pada target harga saham, melainkan pada performa bisnis dan kesehatan fundamental perusahaan.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/bukan-di-lk-21-layarkaca-21-dan-lok-lok-berikut-cara-nonton-weak-hero-class-2-dengan-aman">Bukan di LK21, Layarkaca21 dan LokLok, Berikut Cara Nonton Weak Hero Class 2 dengan Aman</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/transformasi-status-ojol-jadi-umkm-solusi-dalam-kebuntuan-regulasi">Transformasi Status Ojol jadi UMKM: Solusi dalam Kebuntuan Regulasi?</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/laba-bank-milik-konglomerat-indonesia-2024-siapa-paling-moncer-siapa-tertekan">Laba Bank Milik Konglomerat Indonesia 2024: Siapa Paling Moncer, Siapa Tertekan?</a></li></ul>Jahja menyebutkan bahwa BCA lebih memilih untuk menjaga indikator-indikator fundamental seperti profitabilitas, return on asset (ROA), return on equity (ROE), rasio efisiensi, kualitas pinjaman, dan tingkat kredit bermasalah (NPL).“Kita jaga profit, ROA, ROE, cost to income ratio, NPL, cadangan, dan kualitas kredit. Kalau semua itu bagus, harga saham akan naik dengan sendirinya,” tegas Jahja.Dengan pendekatan ini, ia berharap pasar akan tetap menaruh kepercayaan terhadap BCA, apapun kondisi eksternal yang terjadi.

AMIRUDDIN ZUHRI.png

Ilustrasi seseorang sedang mengecek pergerakan saham.

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sempat mengalami tren koreksi sejak awal tahun 2025. Namun dalam beberapa minggu terakhir, saham BBCA menunjukkan tanda-tanda pemulihan atau rebound. Apa penyebabnya? Apakah karena buyback yang telah diumumkan perusahaan? Dan apakah harga saham BBCA berpotensi kembali menyentuh Rp10.000 per lembar tahun ini?

Harga Emas Hari Ini

Saham BCA Perlahan Rebound, Dampak Buyback atau Pulihnya Minat Investor?