DREAN.png

JAKARTA – Kondisi inflasi saat ini masih menjadi permasalahan utama di negara-negara maju serta negara-negara berkembang di Amerika Latin yang dipercaya berdampak pada kinerja pasar modal, termasuk di Indonesia.Ekonom Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan, sebagian besar pelaku pasar global masih akan terus menaikkan suku bunga dan memperbesar probabilitas resesi pada periode mendatang.&nbsp;“Sementara itu, pemulihan ekonomi China yang diharapkan untuk mendorong ekonomi global, menunjukkan tanda-tanda melemah,” ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis, 6 Juli 2023.Rully menyatakan, Bank Sentral Jepang (BOJ) tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya pada posisi negatif di tengah kenaikan inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga bank sentral pada sejumlah negara maju.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/mengenal-jasindo-perusahaan-asuransi-jasa-pelat-merah-warisan-kolonial-belanda">Mengenal Jasindo, Perusahaan Asuransi Jasa Pelat Merah Warisan Kolonial Belanda</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/korea-selatan-alami-panic-buying-garam-mengapa">Korea Selatan Alami Panic Buying Garam, Mengapa?</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/upaya-erajaya-swasembada-eraa-lestarikan-bumi-dari-krisis-iklim-ini-rinciannya">Upaya Erajaya Swasembada (ERAA) Lestarikan Bumi dari Krisis Iklim, Ini Rinciannya</a></li></ul>“Sedangkan untuk Tiongkok, PBoC memangkas suku bunga kebijakannya menjadi 1,9 persen dan diperkirakan akan melanjutkan pemotongan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,” imbuhnya.Di Amerika Serikat, lanjut Rully, saat ini terdapat ada perbedaan perspektif antara pasar dan <a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/tag/the-fed">The Fed </a>mengenai ekspektasi suku bunga hingga akhir tahun. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan potensi volatilitas ke depan.<h2>Proyeksi Ekonomi RI</h2>Lebih lanjut, Rully menilai keseimbangan eksternal Indonesia melemah karena perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Sedangkan konsumsi rumah tangga juga melemah sesuai ekspektasi.“Untungnya, inflasi telah mereda lebih cepat dari yang kami perkirakan dan kami yakin pemulihan konsumsi rumah tangga akan lebih cepat,” tambah dia.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/narkoba-jenis-kokain-ditemukan-di-gedung-putih">Narkoba Jenis Kokain Ditemukan di Gedung Putih</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/manfaatkan-panas-bumi-islandia-berpotensi-ubah-pasar-energi-eropa">Manfaatkan Panas Bumi, Islandia Berpotensi Ubah Pasar Energi Eropa</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/3-langkah-toyota-motor-manufacturing-indonesia-terapkan-esg-dalam-aspek-lingkungan">3 Langkah Toyota Motor Manufacturing Indonesia Terapkan ESG dalam Aspek Lingkungan</a></li></ul>Dengan kondisi saat ini, Rully mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini pada 4,88%. Sementara untuk inflasi ia menurunkan proyeksi untuk tahun ini menjadi 2,55%, dari 3,65% pada proyeksi sebelumnya.&nbsp;“Untuk suku bunga kebijakan BI7DRR, kami memprediksi masih akan tetap dipertahankan pada level 5,75 persen hingga akhir tahun ini,” pungkasnya.Di lantai Bursa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan penguatan sebesar 0,57% pada penutupan perdagangan Kamis, 6 Juli 2023 usai berhasil menembus level psikologis 6.700 di perdagangan kemarin. Saat ini kapitalisasi pasar modal Indonesia berada di kisaran Rp9.614,19 triliun.

Ilustrasi pergerakan IHSG di pasar modal. Infografis: Deva Satria/TrenAsia

Cuan di Pasar Saham_HeroImage.jpg

Kondisi inflasi saat ini masih menjadi permasalahan utama di negara-negara maju serta negara-negara berkembang di Amerika Latin yang dipercaya berdampak pada kinerja pasar modal, termasuk di Indonesia.

Info Sembako hari ini

Sinyal Inflasi Masih jadi Sentimen Kuat Kinerja Pasar Modal