TAIWAN-Konservasionis di Taiwan sedang berlomba untuk menahan invasi kodok non-pribumi dan sangat beracun sebelum amfibi berkutil menyebabkan kerusakan luas pada ekosistem baru mereka.Kodok tebu (Rhinella marina) adalah spesies kodok yang sangat beracun yang berasal dari Amerika,dari Amazon Tengah di Peru hingga Lembah Rio Grande di Texas. &nbsp;Namun menurut Amphibia Web spesies ini juga diperkenalkan di seluruh dunia pada awal abad ke-20 ke berbagai tempat, termasuk Karibia, Australia, dan sebagian besar Pasifik.&nbsp;Katak tebu dewasa panjangnya berkisar antara 9 hingga 15 sentimeter dan memiliki kulit kuning dan coklat yang ditutupi dengan kutil tidak beraturan. Saat terancam, kodok tebu melepaskan racun putih dari kulit mereka yang dikenal sebagai bufotoxin. Cairan ini keluar dari kelenjar di belakang mata mereka dan mematikan bagi sebagian besar hewan.Para peneliti di Taiwan mengetahui kemungkinan invasi kodok tebu di sebuah peternakan di sebuah kota kecil di pegunungan tengah Taiwan, setelah seorang penduduk setempat membagikan foto-foto kodok tebu secara online. Setelah melihat foto tersebut, peneliti dari Taiwan Amphibian Conservation Society langsung datang ke peternakan untuk menyelidiki.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/imbal-hasil-menarik-pasar-obligasi-ri-makin-cerah-di-2022">Imbal Hasil Menarik, Pasar Obligasi RI Makin Cerah di 2022</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/bos-ovo-fintech-jangan-hanya-inovatif-tapi-harus-protektif">Bos OVO: Fintech Jangan Hanya Inovatif, Tapi Harus Protektif</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/dorong-ekonomi-kreatif-pop-art-jakarta-tekankan-pentingnya-intellectual-property-ip">Dorong Ekonomi Kreatif, PopArt Jakarta Tekankan Pentingnya Intellectual Property (IP)</a></li></ul>"Operasi pencarian yang cepat dan besar-besaran sangat penting ketika kodok tebu pertama kali ditemukan," kata Lin Chun-fu, seorang ilmuwan amfibi di Institut Penelitian Spesies Endemik Taiwan kepada kantor berita Prancis AFP Selasa 6 Desember 2021. “Mereka berkembang biak dengan cepat, dan mereka tidak memiliki musuh alami di Taiwan," tambahnya.Ketika para peneliti tiba di peternakan, mereka menemukan 27 kodok di sekitarnya. Sejak itu, mereka telah menangkap lebih dari 200 kodok tebu di daerah sekitar kota."Saya terkejut dan khawatir ketika mereka segera menemukan lebih dari 20," kata Yang Yi-ju, seorang ahli katak di Universitas Nasional Dong Hwa yang mengorganisir pencarian.&nbsp;Kodok tebu adalah spesies invasif yang sangat sukses. Mereka asalnya hanya ada di 14 negara tetapi sekarang ditemukan di lebih dari 40 negara yang menempatkan mereka dalam daftar 100 Spesies Invasif Terburuk yang diawasi oleh Grup Spesialis Spesies Invasif, sebuah badan penasihat internasional yang terdiri dari ilmuwan dan pakar kebijakan.Kemampuannya untuk berkembang biak dengan cepat dan menghindari pemangsaan menjadikan mereka menjadi binatang invasive yang suskes.Live Science melaporkan kodok tebu betina dapat bertelur hingga 30.000 telur sekaligus dan dapat kawin sepanjang tahun. Tidak seperti kodok lainnya yang secara eksklusif merupakan predator, kodok tebu juga dapat bertindak sebagai pemulung, sehingga mereka selalu memiliki banyak makanan untuk dimakan. Tanpa pemangsa alami, jumlah mereka dengan cepat meledak dan mereka dapat secara serius merusak ekosistem tempat mereka diperkenalkan.<h4>Penyebaran Kodok</h4>Di masa lalu, orang sengaja melepaskan kodok ini di negara-negara yang menderita masalah hama. Misalnya, pada tahun 1935, Australia memperkenalkan kodok pemakan kumbang tebu (Dermolepida albohirtum) yang merusak ladang tebu. Tapi meski katak berhasil memadamkan infestasi kumbang, populasi katak dengan cepat tumbuh di luar kendali.Para peneliti percaya bahwa perdagangan hewan peliharaan di pasar gelap dapat menyebabkan invasi katak tebu Taiwan baru-baru ini. Menurut AFP, kodok tebu telah lama menjadi hewan peliharaan yang populer di Taiwan dan juga digunakan dalam pengobatan tradisional. Namun pada tahun 2016, pemerintah Taiwan melarang impor kodok tebu, yang menyebabkan orang membiakkan dan menjualnya secara ilegal. Teori utama adalah bahwa kodok tebu invasif melarikan diri atau ditinggalkan oleh salah satu pedagang pasar gelap ini.<ul><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/76-perusahaan-pinjol-gulung-tikar-afpi-tetap-pede">76 Perusahaan Pinjol Gulung Tikar, AFPI Tetap Pede</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/dituntut-uang-pesangon-rp-40-juta-oleh-mantan-karyawan-ini-kata-bank-mega">Dituntut Uang Pesangon Rp40 Juta oleh Mantan Karyawan, Ini Kata Bank Mega</a></li><li><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://www.trenasia.com/read/google-kucurkan-kredit-modal-rp-147-miliar-untuk-umkm">Google Kucurkan Kredit Modal Rp147 Miliar untuk UMKM</a></li></ul>Para peneliti juga berpikir invasi mungkin telah dimulai beberapa bulan yang lalu dan tidak diketahui sampai sekarang. "Petani Taiwan umumnya mengabaikan katak dan bahkan melihat katak dengan senang hati ketika mereka menemukannya, karena mereka membantu membersihkan tanah dari hama dan juga merupakan simbol keberuntungan," kata Yang. "Tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa ini adalah spesies invasif dari negeri asing."Para peneliti sekarang berharap bahwa mereka telah menahan invasi, tetapi terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti. "Musim semi berikutnya selama musim kawin adalah saat kami [akan] benar-benar tahu pasti apakah kami telah menahannya," kata Yang.&nbsp;

AMIRUDDIN ZUHRI.png

kodok tebu1 Rhinella marina.jpg

Konservasionis di Taiwan sedang berlomba untuk menahan invasi kodok non-pribumi dan sangat beracun sebelum amfibi berkutil menyebabkan kerusakan luas pada ekosistem baru mereka.

Harga Emas Hari Ini

Taiwan Dikejutkan dengan Invasi Kodok Asli Amerika